Sunday 15 May 2016

Pengertian Sintaksis beserta Kelompok Kajian dan Fungsi Sintaksis

Sintaksis



Sintaksis membicarakan berbagai seluk-beluk frase dan kalimat (M.Asfandi Adul, 1990: 41). Sintaksis merupakan bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk kalimat, klausa, dan frasa. Kata sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang bearti dengan dan kata tattein yang bearti menempatkan jadi secara etimologi berarti menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. Banyak ahli telah mengemukakan penjelasan ataupun batasan sintaksis. Dikatakan bahwa sintaksis adalah telaah mengenai pola-pola yang dipergunakan sebagai sarana untuk menggabung-gabungkan kata menjadi kalimat. Sintaksis juga merupakan analisis mengenai konstruksi-konstruksi yang hanya mengikutsertakan bentuk-bentuk bebas (Tarigan, 1984:5).
Istilah sintaksis (Belanda, Syntaxis) ialah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa dan frase (Ramlah 2001:18).
Dari beberapa pernyataan yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa sintaksis merupakan bagian dari ilmu bahasa yang didalamnya mengkaji tentang kata dan kelompok kata yang membentuk frasa, klausa, dan kalimat.

      1. Frasa
Frasa adalah suatu kelompok kata yang terdiri atas dua kata atau lebih yang membentuk suatu kesatuan yang tidak melampui batas subjek dan batas predikat. Frase terdiri dari dua kata atau lebih yang membentuk suatu kesatuan dan dalam pembentukan ini tidak terdapat ciri-ciri klausa dan juga tidak melampui batas subjek dan batas predikat. Frase adalah suatu komponen yang berstruktur, yang dapat membentuk klausa dan kalimat (M.Asfandi Adul, 1990:41).
Frase adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif atau satu konstruksi ketatabahasaan yang berdiri atas dua kata atau lebih. Frase terbentuk dari rangkaian kelas kata yang satu dengan yang lain, baik pada posisi pertama maupun ke dua. Rangkaian kelas kata yang membentuk frase itu mempunyai hubungan atributif, predikatif, dan posesif (Kailani Hasan,  1983:23).
Dari beberapa pernyataan yang telah dikemukakan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa frasa merupakan gabungan atau rangkaian kata yang tidak mempunyai batas subjek dan predikat, yang biasanya rangkaian kata tersebut mempunyai satu makna yang tidak bisa dipisahkan.

2. Klausa
Klausa adalah satuan gramatikal yang setidak-tidaknya terdiri atas subjek dan predikat. Klausa berpotensi menjadi kalimat. Klausa dapat dibedakan berdasarkan distribusi satuannya dan berdasarkan fungsinya. Pada umumnya klausa, baik tunggal maupun jamak, berpotensi menjadi kalimat. Kalimat inti terdiri atas klausa tunggal, sedangkan kalimat majemuk terdiri atas lebih dari satu klausa.  Oleh karena itu, kalimat majemuk terdiri atas klausa-klausa yang saling berhubungan.
Klausa ialah unsur kalimat, karena sebagian besar kalimat terdiri dari dua unsur klausa. Unsur inti klausa adalah S dan P. Namun demikian, S juga sering juga dibuangkan, misalnya dalam kalimat luas sebagai akibat dari penggabungan klausa, dan kalimat jawaban.
Klausa adalah satuan sintaksis berupa runtunan kata-kata berkonstruksi predikatif artinya, di dalam konstruksi itu ada komponen berupa kata atau frase, yang berfungsi sebagai predikat, dan yang lain berfungsi sebagai subjek, objek, dan sebagai keterangan.fungsi yang bersifat wajib pada konstruksi ini adalah subjek dan predikat sedangkan yang lain tidak wajib.
Sehigga dapat ditarik kesimpulan bahwa klausa merupakan unsur kalimat yang mewajibkan adanya dua fungsi sintaksis, yakni subjek dan predikat sedang yang lainnya tidak wajib. Penanda klausa adalah P, tetapi dalam realisasinya P itu bisa juga tidak muncul misalnya dalam kalimat jawaban atau dalam bahasa Indonesia lisan tidak resmi. Klausa juga berpotensi menjadi kalimat tunggal karena didalamnya terdapat unsur sintaksis yakni subjek dan predikat.

3. Kalimat
   Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh (Diana Nababan, 2008:82).
     Kalimat adalah tuturan yang mempunyai arti penuh dan turunnya suara menjadi ciri sebagai batas keseluruhannya. Jadi, kalimat adalah tuturan yang diakhiri dengan intonasi final (Kailani Hasan, 1983:23).  Kalimat adalah suatu bentuk linguistik yang terdiri atas komponen kata-kata, frase, atau klausa (M.Asfandi Adul, 1990: 41).
Jika dilihat dari fungsinya, unsur-unsur kalimat berupa subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan. Menurut bentuknya, kalimat dibedakan menjadi kalimat tunggal serta kalimat majemuk.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai intonasi final, dan secara aktual ataupun potensial terdiri atas klausa.

      
Fungsi Kajian Sintaksis

Fungsi kajian sintaksis terdiri dari beberapa komponen. Diantaranya adalah subjek, predikat, objek, pelengkap dan keterangan. Memperjelas tentang hakikat dari subjek dan predikat, objek dan pelengkap, serta keterangan. Semuanya akan dijelaskan sebagai berikut.
a. Subjek dan Predikat

  1.     Subjek merupakan bagian yang diterangkan predikat. Subjek dapat dicari dengan pertanyaan ‘Apa atau Siapa yang tersebut dalam predikat’. Sedangkan predikat adalah bagian kalimat yang menerangkan subjek. Predikat dapat ditentukan dengan pertanyaan ‘yang tersebut dalam subjek sedang apa, berapa, di mana, dan lain-lain’.
  2.       Subjek berupa frasa nomina atau pengganti frasa nomina. Sedangkan predikat bisa berupa frasa nomina, verba, adjektiva, numeralia, atau pun preposisi.
  3.       Jika diubah menjadi kalimat tanya, subjek tidak dapat diberi partikel -kah. Predikat dapat diberi partikel -kah.
Contoh dari kalimat yang memiliki subjek dan predikat adalah, ‘Adik sedang makan’. ‘Adik’ menduduki fungsi subjek, sedangkan ’sedang makan’ menduduki fungsi predikat.
Adik sedang makan.’
     S           P

b. Objek dan Pelengkap

  1. Objek berupa frasa nomina atau pengganti frasa nomina, sedangkan pelengkap berupa frasa nomina, verba, adjektiva, numeralia, preposisi, dan pengganti nomina.
  2. Objek mengikuti predikat yang berupa verba transitif (memerlukan objek) atau semi transitif dan pelengkap mengikuti predikat yang berupa verba intransitif (tidak memerlukan objek).
  3. Objek dapat diubah menjadi subjek dan pelengkap tidak dapat diubah menjadi subjek.

c. Keterangan

  1. Keterangan adalah bagian kalimat yang menerangkan subjek, predikat, objek atau pelengkap.
  2. Berupa frasa nomina, preposisi, dan konjungsi.
  3. Mudah dipindah-pindah, kecuali diletakkan diantara predikat dan objek atau predikat dan pelengkap.
Contoh kalimat yang memiliki keterangan adalah ‘Kemarin, Pak Anwar membeli buah-buahan di pasar induk’. ‘Kemarin’ dan ‘di pasar induk’ merupakan keterangan, untuk ‘Pak Anwar’ menduduki fungsi subjek. Kata ‘membeli’ merupakan predikat dan ‘buah-buahan’ adalah fungsi objek.
Kemarin , Pak Anwar membeli buah-buahan di pasar induk’.
     Ket               S                P                O                   Ket

No comments :

Post a Comment