Tuesday 31 May 2016

Dasar-dasar Pendidikan : Hakikat Manusia serta Implementasiannya



Hakikat Manusia

1.      Menurut Plato
Manusia adalah suatu pribadi yang tak terbatas,pada saat bersatunya jiwa dan raga,lalu  jiwa dan  raga bukan diciptakan dengan situasi yang bersamaan, serta jiwa itu telah ada sebelumnya .
Raga manusia adalah hanya sebatas instrument,bagi penyempurnaan jiwanya di dunia ini,dan bagi Plato setiap manusia saat ia lahir kedunia selalu membawa ide ide yang baik[innate idea].

Cara mengimplementasikan pada kehidupan sehari-hari adalah :
1)      Untuk menerapkannya dalam masyarakat, yaitu dengan cara membuat inovasi-inovasi kepada masyarakat yang berguna kedepannya. Conothnya pada inovasi pupuk yang sangat berguna bagu masyarakat sekitar yang mengelola sawaah.
2)      Memberikan ide-ide pikiran yang baru agar masyarakat tidak tertinggal. Contohnya seperti pengenalan internet kepada masyarakat. Terutama kepada masyarakat yang sangat membutuhkan informasi, seperti petani, pedagang dan sebagainya. Dengan internet masyarakat akan mudah mendapatkan informasi yang mereka inginkan. Masyarakat pun tak akan tertinggal.
3)      Untuk penerapan disekolah yaitu dengan cara guru harus memiliki pemikiran atau ide kreatif dalam proses pengajaran agar siswa pun tak merasa bosan. Contohnya yaitu guru menyuruh siswa nya untuk melakukan penelitian diluar kelas. Ini akan menumbuhkan kekreatifan siswa dan siswapun tak merasa bosan.
4)      Siswa pun harus mempunyai ide-ide pemikiran yang kreatif, dengan cara siswa mempelajari materi yang akan diberikan kepada gurunya. Pada malam harinya siswa itu harus belajar agar saat proses belajar dan materi itu dibahas, siswa itu pun sudah lebih paham sebelum pelajarannya dibahas.

2.      Al-Qur'an menegaskan kualitas dan nilai manusia dengan menggunakan tiga macam istilah yang satu sama lain saling berhubungan, yakni  al-insaan ,  an-naas ,  al-basyar , dan  banii Aadam .
Manusia disebut al-insaan karena dia sering menjadi pelupa sehingga diperlukan teguran dan peringatan.
Sedangkan kata an-naas (terambil dari kata an-naws yang berarti gerak; dan ada juga yang berpendapat bahwa ia berasal dari kata unaas yang berarti nampak) digunakan untuk menunjukkan sekelompok manusia baik dalam arti jenis manusia atau sekelompok tertentu dari manusia.
Manusia disebut al-basyar, karena dia cenderung perasa dan emosional sehingga perlu disabarkan dan didamaikan. Manusia disebut sebagai banii Aadam karena dia menunjukkan pada asal-usul yang bermula dari nabi Adam as sehingga dia bisa tahu dan sadar akan jati dirinya. Misalnya, dari mana dia berasal, untuk apa dia hidup, dan ke mana ia akan kembali.
Penggunaan istilah banii Aadam menunjukkan bahwa manusia bukanlah merupakan hasil evolusi dari makhluk anthropus (sejenis kera). Hal ini diperkuat lagi dengan panggilan kepada Adam dalam al-Qur'an oleh Allah dengan huruf nidaa (Yaa Adam!). Demikian juga penggunaan kata ganti yang menunjukkan kepada Nabi Adam, Allah selalu menggunakan kata tunggal (anta)dan bukan jamak (antum) sebagaimana terdapat dalam surah al-Baqarah ayat 35.



Manusia dalam pandangan al- Qur'an bukanlah makhluk anthropomorfisme yaitu makhluk penjasa dan Tuhan, atau mengubah Tuhan menjadi manusia. Al-Qur'an menggambarkan manusia sebagai makhluk theomorfis yang memiliki sesuatu yang agung di dalam dirinya. Disamping itu manusia dianugerahi akal yang memungkinkan dia dapat membedakan nilai baik dan buruk, sehingga membawa dia pada sebuah kualitas tertinggi sebagai manusia takwa.
Al-Qur'an memandang manusia sebagaimana fitrahnya yang suci dan mulia, bukan sebagai manusia yang kotor dan penuh dosa. Peristiwa yang menimpa Nabi Adam sebagai cikal bakal manusia,yang melakukan dosa dengan melanggar larangan Tuhan, mengakibatkan Adam dan istrinya diturunkan dari sorga, tidak bisa dijadikan argumen bahwa manusia pada hakikatnya adalah pembawa dosa turunan.
Al-Quran justru memuliakan manusia sebagai makhluk surgawi yang sedang dalam perjalanan menuju suatu kehidupan spiritual yang suci dan abadi di negeri akhirat, meski dia harus melewati rintangan dan cobaan dengan beban dosa saat melakukan kesalahan di dalam hidupnya di dunia ini. Bahkan manusia diisyaratkan sebagai makhluk spiritual yang sifat aslinya adalah berpembawaan baik (positif, haniif).
Karena itu, kualitas, hakikat, fitrah, kesejatian manusia adalah baik, benar, dan indah. Tidak ada makhluk di dunia ini yang memiliki kualitas dan kesejatian semulia itu. Sungguhpun demikian, harus diakui bahwa kualitas dan hakikat baik benar dan indah itu selalu mengisyaratkan dilema-dilema dalam proses pencapaiannya.
Artinya, hal tersebut mengisyaratkan sebuah proses perjuangan yang amat berat untuk bisa menyandang predikat seagung itu. Sebab didalam hidup manusia selalu dihadapkan pada dua tantangan moral yang saling mengalahkan satu sama lain. Karena itu, kualitas sebaliknya yaitu buruk, salah, dan jelek selalu menjadi batu sandungan bagi manusia untuk meraih prestasi sebagai manusia berkualitas mutaqqin di atas.



Cara mengimplementasikan pada kehidupan sehari-hari adalah :
1)      Manusia harus terus selalu mengingat Allah Swt yang maha kuasa. Karena manusia adalah makhluk yang tidak sempurna, karena manusia tak lepas dari yang namanya kesalahan. Dengan selalu mengingat Allah Swt. manusia akan cenderung melakukan apa yang diperintahkan dan menjauhi segala larangan-Nya. Contohnya dengan selalu melakukan ibadah yang telah diperintahkan seperti shalat lima waktu.
2)      Manusia adalah makhluk yang diciptakan dengan bentuk yang sempurna dibandingkan dengan makhluk lainnya, jadi manusia harus menggunakan apa yang diciptakan oleh Allah dengan benar sesuai kegunaannya. Contohnya seperti kaki digunakan untuk berjalan bukan untuk merusak tanaman milik tetanggga
3)      Manusia memiliki rasa emosional yang tinggi, jadi manusia harus memiliki juga kesabaran yang tinggi. Menanggapi semua masalah dengaan tenang dan menyelesaikannya dengan senangg hati. Contohnya seperti seseorang mendapatkan musibah jatuh dari motor. Walau mendapat luka, ia tetap menghadapinya dengan sabar dan pasrah berharap kemudahan kepada Allah Swt

3.      Aristoteles berpendapat tentang hakikat manusia bahwa manusia adalah mahluk yang organis dimana fungsionalisasinya tergantung dengan jiwanya,dengan menitik beratkan pada fungsi humanis pada jiwanya, ketika manusia berhadapan dengan hal hal sulit dan memperlihatkan fungsi motoriknya,dan unsur kreatifitas mempunyai hubungan dengan daya motoriknya.

Cara mengimplemantasikan pada kehidupan sehari :
1)      Manusia tidak bisa hidup sendiri-sendiri, manusia bisa hidup dengan adanya rasa saling bantu. Maka dari itu, dalam kehidupan masyarakat kita harus saling menjaga rasa silahturahmi agar rasa kekeluargaan antar masyarakat tidak luntur. Contohnya seperti saat pak RT mengadakan perkumpulan dengan warga sekitar, berkumpul membahas segala macam percakapan. Silahturahmi antar warga sekitar pun akan terjaga.



2)      Penerapannya di sekolah dengan cara menjaga kerukunan antar guru dan siswanya agar hubungan dengan guru dengan siswa akan lebih baik. Contohnya seperti disaat guru yang menjelaskan suatu pelajaran dan kemudian diselipkan sebuah lelucon ringan. Dengan adanya lelucon itu, siswa pun tak merasa bosan untuk memperhatikan pelajaran yang diterangkan oleh guru tersebut.

3)      Manusia harus kreatif untuk menghadapi masalah yang terjadi agar tak menjadi beban berat saat menanggungnya. Contohnya yaitu saat seseorang memiliki masalah dengan kendaraannya dan membutuhkan bantuan orang lain. Dengan sabar orang tersebut meminta bantuan dengan tetangganya yang memiliki keahlian dibidang mesin. Selain menjalin silahturahmi dengan tetangganya, orang tersebutpun akan mendapatkan sebuah ilmu yang akan berguna kedepannya

No comments :

Post a Comment