Aspek-aspek
yang dikaji dalam sintaksis meliputi frasa, klausa, dan kalimat. Dibawah ini
merupakan uraian dari ketiga aspek tersebut.
- Frasa
Frasa
dapat dihasilkan dari perluasan sebuah kata. Sebuah frasa dengan perluasannya
tidak menimbulkan jabatan atau fungsi lain sehingga tidak melebihi batas fungsi
semula. Jika perluasan itu ternyata menimbulkan jabatan fungsi baru atau
membentuk pola subjek-predikat, perluasan itu sudah menjadi klausa.
Contoh: karya sastra (frasa)
diperluas
karya sastra indah itu (frasa)
karya sastra indah itu (frasa)
karya sastra itu indah (klausa)
S P
Frasa dapat
dibagi atas empat jenis, sebagai berikut.
a. Frasa Eksosentris
Frasa Eksosentris, adalah frasa yang
tidak mempunyai persamaan distribusi dengan unsurnya. Atau dapat diartikan
frase yang komponen-komponennya tidak mempunyai prilaku sintaksis yang sama
dengan keseluruhan. Frasa ini tidak mempunyai unsur pusat. Jadi, frasa
eksosentris adalah frasa yang tidak mempunyai UP.
Contoh:
Sejumlah orang di gardu.
Menurut Imam (2008 :1), Frase
Eksosentris dibagi menjadi dua, yakni:
1. Frase Eksosentrik yang Direktif
Komponen pertamanya berupa
preposisi, seperti “di, ke dan dari” dan komponen berupa kata/kelompok kata
yang biasanya berkategori nomina.
Contoh:
di rumah
di rumah
dari pohon mahoni
demi kesejahteraan
2. Frase Eksosentrik yang Nondirektif
Komponen pertamanya berupa
artikulus, seperti “si” dan “sang” atau”yang”, “para” dan “kaum”, sedangkan
komponen keduanya berupa kata berkategori nomina, adjektiva atau verba.
Contoh: si kaya, para remaja kampung
Diana Nababan (2008: 84) dalam bukunya Intisari Bahasa Indonesia,
mengatakan bahwa jenis frasa eksosentris dapat dibedakan menjadi :
1) Frasa ferbal adalah frasa yang
intinya berupa kata kerja.
Contoh : Menangis keras
Sedang melamun
Dapat berjalan
2) Frasa adjektiva adalah frasa yang
intinya berupa kata sifat.
Contoh : Kasar sekali
Amat lembut
Sangat merdu
3) Frasa nominal adalah frasa yang
intinya berupa kata benda.
Contoh: Lapangan besar
Rumah besar
Sang pemimpin
4) Frasa pronominal adalah frasa yang
intinya berupa kata ganti.
Contoh : Kalian semua
Kamu dan dia
5) Frasa adverbial adalah frasa yang
intinya berupa kata keterangan.
Contoh : Lebih kurang
6) Frasa numerial adalah frasa yang
intinya berupa kata bilangan.
Contoh : Tujuh dan delapan
Empat belas
7) Frasa interogativa adalah frasa yang
intinya berupa kata tanya.
Contoh : Apa dan siapa
b. Frasa Endosentris
Frasa endosentris adalah frasa yang
unsur-unsur pembentuknya dapat menggantikan kedudukan frasa itu secara
keseluruhan.
Contoh : Mereka menempati rumah baru.
Frasa rumah baru mempunyai inti. Mencari inti frasa dapat diuji dengan
membuat kalimat berterima dan tidak berterima:
a.
Mereka menempeti rumah
b. Mereke menempeti baru
Kalimat
a mempunyai makna, berarti rumah
menjadi inti frasa. Kalimat b tidak berterima dan tidak mempunyai makna,
berarti baru bukanlah inti frasa.
Jenis
frasa endosentris:
1) Frasa Endosentris Koordinatif
Masing-masing
unsur memiliki kedudukan sederajat yang tidak saling menerangkan unsur yang
lain. Sifat kesetaraan itu dapat dibuktikan oleh kemungkinan menyisipkan kata
penghubung dan atau.
Contoh
: Anak itu sudah tidak mempunyai ibu
bapak. (ibu dan bapak)
2) Frasa Endosentris Apositif
Frasa
yang berhubungan antara unsur-unsurnya dapat saling menggantikan.
Contoh
: Aminah, Anak Pak Lurah sangat
cantik.
Frasa
anak Pak Lurah adalah unsur
keterangan tambahan untuk menerangkan aminah.
3) Frasa Endosentris Atributif
Frasa
yang salah satu unsurnya dapat menggantikan frasa itu secara keseluruhan. Frasa
ini memiliki unsur pusat dan unsur atribut. Inti frasa ditandai dengan D
(diterangkan) dan unsur atribut ditandai dengan M (menerangkan)
Contoh: Rumahnya sangat besar
M D
Kata sangat adalah
atribut atau penjelas untuk kata besar.
Contoh : Anak nakal sangat marah
M
D M D
c.
Frasa Ambigu
Frasa
ambigu adalah frasa yang menimbulkan makna ganda atau tidak jelas.
Contoh
: Lukisan Ayah dipajang di ruang
tamu.
Frasa
lukisan ayah mempunyai makna:
1. Lukisan milik Ayah
2. Lukisan mengenai diri Ayah
3. Lukisan buatan Ayah
d. Frasa Idiomatik
Frasa
idiomatic adalah frasa yang mempunyai makna sampingan atau bukan makna
sebenarnya.
Contoh
: orang tua itu sudah banyak makan garam
kehidupan.
2. Klausa
2. Klausa
Klausa
merupakan bagian dari kalimat. Klausa memiliki unsur subjek dan predikat,
tetapi tidak mengandung intonasi, jeda, tempo, dan nada.
(a) Klasifikasi Klausa
Ada lima dasar yang dapat digunakan
untuk mengklasifikasikan klausa. Ketiga dasar itu adalah:
1. Klasifikasi klausa berdasarkan
struktur internnya.
2. Klasifikasi klausa berdasarkan ada
tidaknya unsur negasi yang menegatifkan P.
3. Klasifikasi klausa berdasarkan
kategori frasa yang menduduki fungsi P.
4. Klasifikasi klausa berdasarkan
criteria tatarannya dalam kalimat.
5.
Klasifikasi klausa berdasarkan
potensinya untuk menjadi kalimat.
Berikut hasil
klasifikasinya:
1. Klasifikasi klausa berdasarkan
struktur internnya.
Klasifikasi klausa berdasarkan
struktur internnya mengacu pada hadir tidaknya unsur inti klausa, yaitu S dan
P. Dengan demikian, unsur ini klausa yang bisa tidak hadir adalah S, sedangkan
P sebagai unsur inti klausa selalu hadir.
Atas dasar itu, maka hasil klasifikasi klausa berdasarkan
struktur internnya, berikut klasifikasinya:
a) Klausa Lengkap
Klausa lengkap ialah klausa yang
semua unsur intinya hadir. Klausa ini diklasifikasikan lagi berdasarkan urutan
S dan P menjadi :
1. Klausa versi, yaitu klausa yang
S-nya mendahului P.
Contoh
:
Kondisinya masih kritis.
Gedung itu sangat tinggi.
Sekolah itu masih rusak.
2. Klausa inversi, yaitu klausa yang
P-nya mendahului S.
Contoh
:
Masih kritis kondisinya.
Sangat tinggi gedung itu.
Masih rusak sekolah itu.
b) Klausa Tidak Lengkap
Klausa tidak lengkap yaitu klausa
yang tidak semua unsur intinya hadir. Biasanya dalam klausa ini yang hadir
hanya S saja atau P saja. Sedangkan unsur inti yang lain dihilangkan.
2.
Klasifikasi klausa berdasarkan
ada tidaknya unsur negasi yang secara gramatik menegatifkan P.
Unsur negasi yang dimaksud adalah tidak,
tak, bukan, belum, dan jangan. Klasifikasi klausa
berdasarkan ada tidaknya unsur negasi yang secara gramatik menegatifkan P
menghasilkan :
a.
Klausa Positif
Klausa poisitif ialah klausa yang
ditandai tidak adanya unsur negasi yang menegatifkan P.
Contoh :
Bambang
seorang pesepak bola tersohor.
Anak itu
mengerjakan PR.
Mereka pergi
ke toko.
b. Klausa Negatif
Klausa
negatif ialah klausa yang ditandai adanya unsur negasi yang menegaskan P.
Contoh :
Bambang bukan seorang
pesepak bola tersohor.
Anak itu belum
mengerjakan PR.
Mereka tidak pergi
ke toko.
Kata negasi yang terletak di depan P
secara gramatik menegatifkan P, tetapi secara sematik belum tentu menegatifkan
P. Dalam klausa Dia tidak tidur, misalnya, memang secara gramatik dan
secara semantik menegatifkan P. Tetapi, dalam klausa Dia tidak mengambil
pisau, kata negasi itu secara semantik bisa menegatifkan P dan bisa
menegatifkan O. Kalau yang dimaksudkan ‘Dia tidak mengambil sesuatu apapun’,
maka kata negasi itu menegatifkan O. Misalnya dalam klausa Dia tidak
mengambil pisau, melainkan sendok.
3. Klasifikasi klausa berdasarkan
kategori frasa yang menduduki fungsi P.
Berdasarkan kategori frasa yang
menduduki fungsi P, klausa dapat diklasifikasikan menjadi :
a) Klausa Nomina
Klausa nomina ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk
kategori frasa nomina.
Contoh:
Pamannya petani
di kampung itu.
Bapak itu dosen
linguistik.
b) Klausa Verba
Klausa verba ialah klausa
yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa verba.
Contoh :
Dia
membantu para korban banjir.
Pemuda itu
menolong nenek tua.
Klausa verba dibagi menjadi beberapa tipe, yakni:
a.
Klausa Transitif
Adalah klausa yang predikatnya
berupa verba transitif.
Contoh: Adik menulis surat.
b. Klausa Intrasitif
Adalah klausa yang predikatnya
berupa verba intransitif.
Contoh: Adik menyanyi kakak sedang berdandan.
Contoh: Adik menyanyi kakak sedang berdandan.
c.
Klausa Refleksif
Adalah klausa yang predikatnya berupa verba refleksif.
Contoh: Kakak sedang berdandan.
d. Klausa Resiprokal
Adalah klausa yang predikatnya
berupa verba resiprokal.
Contoh: Orang itu bertengkar sejak tadi.
Contoh: Orang itu bertengkar sejak tadi.
c) Klausa Adjektiva
Klausa
adjektiva ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa
adjektiva.
Contoh :
Paman sangat
kurus.
Rumah itu sudah
tua.
Ibu guru sangat
baik.
d) Klausa Numeralia
Klausa numeralia ialah klausa yang
P-nya berupa frasa yang termasuk kategori numeralia.
Contoh :
Anaknya empat
orang.
Mahasiswanya
sembilan orang.
Temannya dua
puluh orang.
e) Klausa Preposisiona
Klausa
preposisiona ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa
preposisiona.
Contoh :
Kertas itu di bawah
meja.
Baju saya di dalam
lemari.
Orang tuanya di
Surabaya.
f) Klausa Pronomia
Klausa
pronomial ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategoi ponomial.
Contoh :
Hakim memutuskan
bahwa dialah yang bersalah.
Sudah diputuskan bahwa ketuanya kamu dan wakilnya saya.
4. Klasifikasi klausa berdasarkan
potensinya untuk menjadi kalimat
Klasifikasi klausa berdasarkan
potensinya untuk menjadi kalimat dapat dibedakan atas :
a.
Klausa Bebas
Klausa bebas ialah klausa yang
memiliki subjek dan predikat, sehingga berpotensi untuk menjadi kalimat mayor.
Jadi, klausa bebas memiliki unsur yang berfungsi sebagai subyek dan yang
berfungsi sebagai predikat dalam klausa tersebut. Klausa bebas adalah sebuah
kalimat yang merupakan bagian dari kalimat yang lebih besar. Dengan perkataan
lain, klausa bebas dapat dilepaskan dari rangkaian yang lebih besar itu,
sehingga kembali kepada wujudnya semula, yaitu kalimat.
Contoh :
Anak itu badannya
panas, tetapi kakinya sangat dingin.
Dosen kita
itu rumahnya di jalan Ambarawa.
Semua
orang mengatakan bahwa dialah yang bersalah.
b. Klausa terikat
Klausa terikat ialah klausa yang
tidak memiliki potensi untuk menjadi kalimat mayor, hanya berpotensi untuk
menjadi kalimat minor karena strukturnya tidak lengkap. Kalimat minor adalah
konsep yang merangkum: pangilan, salam, judul, motto, pepatah, dan kalimat
telegram.
Contoh :
Semua
murid sudah pulang kecuali yang dihukum.
Semua
tersangkan diinterograsi, kecuali dia.
Ariel
tidak menerima nasihat dari siapa pun selain dari orang tuanya.
5. Klasifikasi klausa berdasarkan
criteria tatarannya dalam kalimat.
Berdasarkan tatarannya dalam
kalimat, klausa dapat dibedakan atas :
a.
Klausa Atasan
Klausa atasan adalah klausa yang
dapat berdiri sendiri sebagai kalimat.
Contoh : Irwan datang ketika kami sedang menonton film.
Klausa Atasan
b. Klausa Bawahan
Klausa
bawahan ialah klausa yang belum lengkap isinya. Klausa ini tidak dapat berdiri
sendiri.
Contoh
: Irwan datang ketika kami sedang
menonton film.
Klausa
Bawahan
(b) Analisis
Klausa
Klasifikasi klausa dapat dianalisis
berdasarkan tiga dasar, yaitu berdasarkan fungsi unsur-usurnya, berdasarkan
kategori kata atau frase yang menjadi unsurnya, dan berdasarkan makna
unsur-unsurnya.
1. Analisis Klausa Berdasarkan
Fungsi Unsur-Unsurnya
Klausa terdiri dari unsur-unsur
fungsional yang di sini disebut S, P, O, pel, dan ket. Kelima unsur itu tidak
selalu bersama-sama ada dalam satu klausa. Kadang-kadang satu klausa hanya
terdiri dari S dan P kadang terdiri dari S, P dan O, kadang-kadang terdii dari
S, P, pel dan ket. Kadang-kadang terdiri dari P saja. Unsur fungsional yang
cenderung selalu ada dalam klausa ialah P.
a.
S dan P
Contoh : Budi tidak
berlari-lari ≈ Tidak berlari-lari
Budi
S P P S
Badannya
sangat lemah ≈
Sangat lemah badannya
S P P S
b. O dan Pelengkap
P mungkin terdiri dari golongan kata
verbal transitif, mungkin terdiri dai golongan kata verbal intransitif, dan
mungkin pula terdirri ari golongan-golongan lain. Apabila terdiri dari golongan
kata verbal transitif, diperlukan adanya O yang mengikuti P itu.
Contoh :
Kepala
Sekolah akan menyelenggarakan pentas seni.
S P O
Pentas
seni akan dislenggarakan kepala
sekolah
S P O
c.
Keterangan
Unsur klausa yang tidak menduduki
fungsi S, P, O dan Pel dapat diperkirakan menduduki fungsi Ket. Berbeda dengan
O dan Pel yang selalu terletak di belakang dapat, dalam suatu klausa Ket pada
umumnya letak yang bebas, artinya dapat terletak di depan S, P dapat terletak
diantara S dan P, dan dapat terletak di belakang sekali. Hanya sudah tentu
tidak mungkin terletak di antara P dan O, P dan Pel, karena O dan Pel boleh
dikatakan selalu menduduki tempat langsung dibelakang P.
Contoh :
Akibat
banjir desa-desa itu hancur
Ket S P
Desa-desa
itu hancur akibat banjir
S P O
2. Analisis Klausa Berdasarkan Kategori
Kata atau Frase yang menjadi Unsurnya.
Analisis kalusa berdasarkan kategori
kata atau frase yang menjadi unsur-unsur klausa ini itu disebut analisis
kategorional. Analisis ini tidak terlepas dari analisis fungsional, bahkan
merupakan lanjutan dari analisis fungsional.
3. Analisis Klausa Berdasarkan Kategori
Makna dan Unsur-Unsurnya
Dalam analisis fungsional klausa
dianalisis berdasarkan fungsi unsur-unsurnya menjadi S, P, O, Pel dan Ket dalam
analisis kategorial telah dijelaskan bahwa fungsi S terdiri dari N, fungsi P
terdiri dari N, V, Bil, FD, fungsi O terdiri dari N, fungsi Pel terdiri dari N,
V, Bil dan fungsi ket terdiri dari Ket, FD, N.
3. Kalimat
Kalimat
adalah satuan gramatik yang ditandai adanya kesenyapan awal dan kesenyapan
akhir yang menunjukkan bahwa kalimat itu sudah selesai (lengkap).
a.
Ragam Kalimat
Berdasarkan jenisnya, kalimat dapat
dibagi menjadi beberapa jenis:
1. Kalimat Tunggal
Kalimat
tunggal adalah kalimat yangt mempunyai satu subjek dan satu predikat serta
mengandung satu maksud.
Contoh
:
Koko pergi ke pasar
S P Ket
Toni menanam biji jarak di
kebun
S P O Ket
Berdasarkan
predikatnya, kalimat tunggal terbagi atas:
a.
Kalimat nominal adalah kalimat yang
predikatnya berupa kata benda.
Contoh: Ayahnya seorang pelukis.
Yang
berbaju biru itu, Pak Yandi.
b. Kalimat verbal adalah kalimat
yang predikatnya berupa kata kerja.
Contoh : Ani suka makan bakso.
Rino belajar aritmetiak.
c.
Kalimat adjectival adalah kalimat
yang predikatnya berupa adjektiva atau kata sifat.
Contoh : Soal ini sulit sekali.
Tekatnya
sangat kukuh.
2. Kalimat Majemuk
Kalimat
majemuk adalah kalimat yag terdiri atas dua pola kalimat atau lebih. Kalimat
majemuk tersusun dari beberapa kalimat tunggal. Kalimat majemuk dapat dibedakan
atas:
a.
Kalimat majemuk setara/koordinatif.
Kalimat majemuk setara adalahkalimat
yang pola-pola kalimatnya memiliki kedudukan yang sederajat. Berdasarkan kata
penghubungnya, kalimat majemuk setara terbagi lagi menjadi beberapa bagian
yaitu:
1. Kalimat majemuk penjumlahan,
ditandai oleh kata hubung dan, lalu,
kemudian, dan sebagainya.
Contoh:
Pak Heru membacakan soal dan siswa mendengarkan dengan saksama.
2. Kalimat majemuk pemilihan, ditandai
oleh kata hubung atau.
Contoh : Kamu maupesan soto ayam atau soto sapi.
3. Kalimat majemuk pertentangan,
ditandai oleh kata hubung tetapi dan melainkan.
Contoh
: Ayah sering menasihatinya, tetapi
dia tetap tidak mau berubah.
b. Kalimat Majemuk Bertingkat/
Subkoordinatif.
Kalimat
majemuk bertingkat adalah kalimat yang mengandung dua pola kalimat atau lebih
yang tidak sederajat. Salah satu pola menduduki fungsi utama kalimat, yang
lazimnya disebut dengan induk kalimat, sedangkan pola yang lain yang lebih
rendah kedudukannya disebut anak kalimat.
Fungsi itu sekaligus menunjukan
relasi antara induk kalimat dan anak kalimat. Kalimat majemuk bertingkat
terbagi menjadi:
1. Kalimat majemuk hubungan waktu,
ditandai oleh kata hubung setelah,
sewaktu, sejak, mankala, ketika, dan sebagainya.
Contoh : Ia menjadi sebatang kara`
sejak ayah dan ibunya meninggal.
2. Kalimat majemuk hubungan syarat,
ditandai oleh konjungsi jika, seandainya,
andaikan, asalkan, apabila.
Contoh
: Kamu boleh membeli sepeda asalkan nilai rapormu bagus.
3. Kalimat majemuk hubungan tujuan
ditandai oleh konjungsi agar, supaya, dan
biar.
Contoh : Minumlah obat itu agar kamu cepat sembuh.
4. Kalimat majemuk hubungan konsesif,
ditandai oleh konjungsi walaupun,
meskipun, sekalipun, biarpun, kendatipun
dan sungguhpun.
Contoh:
Dia tetap teguh pada pendiriannya walaupun setiap orang menantangnya.
5. Kalimat majemuk hubungan
perbandingan, ditandai oleh kata penghubung daripada,
ibarat, seperti, bagaikan, laksana, sebagaimana.
Contoh:
Daripada kamu duduk-duduk saja, lebih
baik kamu bantu ibumu merapikan taman.
6. Kalimat majemuk hubungan penyebaban,
ditandai oleh kata penghubung sebab,
karena, oleh karena.
Contoh
: Saya tidak jadi berangkat ke Medan karena
ada pekerjaan yang harus segera diselesaikan di sini.
7. Kata majemuk hubungan akibat,
ditandai oleh kata penghubung sehingga,
sampai-sampai, maka.
Contoh
:
kamu
terlalu asyik menonton film sehingga
lupa sholat.
8. Kata majemuk hubungan cara, ditandai
oleh kata penghubung dengan.
Contoh:
Gelandangan itu tidur di emperan
toko dengan beralaskan koran.
9. Kata majemuk hubungan sangkalan,
ditandai oleh konjungsi seolah-olah,
seakan-akan.
Contoh:
Dia diam saja seakan-akan dia tidak mengetahui persoalan yang terjadi.
10. Kalimat majemuk hubungan kenyataan,
ditandai oleh konjungsi padahal,
sedangkan.
Contoh:
Pura-pura tidak tahu padahal dia tahu banyak.
11. Kalimat majemuk hasil, ditandai oleh
konjungsi makanya.
Contoh
:
Kamu susah sekali makan, makanya
lambungmu sering sakit.
12. Kalimat majemuk hubungan penjelasan,
ditandai oleh kata penghubung bahwa,
yaitu.
Contoh
:
Kamu
harus tahu bahwa kamu adalah putera
Pak Sanjaya.
13. Kalimat majemuk hubungan atributif,
ditandai oleh konjungsi yang.
Contoh
:
Pemuda
yang berdiri di dekat pohon itu, kekasih Andria.
c.
Kalimat Majemuk Campuran
Kalimat
majemuk campuran adalah gabungan antara kalimat majemuk setara dengan kalimat
majemuk bertingkat.
Contoh
:
Artis cantik itu hanya bisa diam
lalu pergi begitu saja ketika beberapa wartawan menanyainya.
3. Kalimat Langsung
Kalimat
langsung adalah kalimat yang menirukan ujaran orang lain.
Contoh :
Ibu
berkata “Saya tidak senang melihat rambut
gondrong”.
4. Kalimat Tidak Langsung
Kalimat tidak langsung adalah
kalimat yang menyampaikan kembali ujaran orang lain.
Contoh:
Ibu mengatakan bahwa Ia tidak senang melihat rambut
gondrong.
5. Kalimat Aktif
Kalimat
aktif adalah kalimat yang subjeknya menjadi pelaku. Ciri utama kalimat aktif
adalah predikatnya berupa kata dasar atau berimbuhan me(N)- dan ber-.
Contoh
:
Ibu
sedang membuat martabak telur.
Andika senang makan kerang.
Medi tinggal di jalan Solontongan.
Berdasarkan hubungan antara predikat dan objeknya, kalimat
aktif terbagi menjadi:
a.
Kalimat aktif transitif, adalah
kalimat aktif yang predikatnya mutlak membutuhakan objek.
Contoh
:
Andre
memperkenalkan Hendra kepada teman-
P O
temannya.
b. Kalimat aktif semitransitif, adalah
kalimat aktif yang predikatnya memerlukan pelengkap.
Contoh: Negara Indonesia berlandaskan
hukum.
P Pel
c. Kalimat aktif dwitransitif, adalah
kalimat aktif yang predikatnya membutuhkan objek dan pelengkap.
Contoh : Petugas itu memperbolehkan
saya merokok di
P O Pel
ruangan ini.
6. Kalimat Pasif
Kalimat pasif adalah kalimat yang
subjeknya dikenai pekerjaan.
Ciri-ciri kalimat pasif adalah
sebagai berikut:
a. Predikatnya berisi kata kerja
berawalan di-, ter-, dan kofiks
ke-an.
Contoh :
Ina kehujanan tadi malam.
b. Bentuk diri atau persona ku-, kau-.
Contoh :
Coba kau lihat bunga ini.
Kalimat aktif dapat diubah menjadi
kalimat pasif. Caranya adalah sebagai berikut:
a. Tukarkan pengisi subjek (S), dengan
pengisi objek (O).
b. Ganti awalan me- dengan di- pada
predikat.
c. Tambahkan kata oleh di belakang
predikat (manasuka).
Contoh:
Pemerintah mencanangkan Progam
Indonesia Sehat 2010. (Aktif)
S P O
Progam Indonesia Sehat 2010 dicanangkan (oleh) pemerintah.
(Pasif)
O P S
Jika subjek pada
kalimat aktif berupa kata ganti aku,
saya, kami, kita, engkau, kamu, anda, dia, beliau, atau mereka. Berlaku
kaidah berikut:
a. Ubah pola SPO menjadi OSP.
b. Hapus awalan meN- dari P
c. Rapatkan S dan P tanpa kata pemisah
apapun. Jika semula mula predikatnya mengandung kata bantu seperti akan, dapat, atau kata ingkar tidak,
letakan kata-kata tersebut sebelum S.
d. Gantikan aku dengan ku- dan engkau
dengan kau (manasuka).
Contoh: Mereka sedang menyelesaikan tugas
yang sangat mulia.
S P O
(aktif)
Tugas yang sangat mulia sedang mereka selesaikan. (Pasif)
7. Kalimat Mayor
Kalimat mayor
adalah kalimat sekurang-kurangnya mejangandung dua unsur pusat, dapat berupa
S-P, S-P-O atau S-P-O-K.
Contoh :
Saya mengantuk.
Presiden berkunjung ke Australia.
Saya meminjam novel dari perpustakaan.
8. Kalimat Minor
Kalimat Minor
adalah kalimat yang mengandung satu unsure pusat. Unsur pusat tersebut biasanya berupa predikat.
Contoh :
Pergi!
Tidur!
Minggu depan.
Berdasarkan fungsi dan tujuannya,
ragam kalimat dibedakan atas:
1. Kalimat Berita
Kalimat
berita adalah kalimat yang isinya memberitahukan suatu kejadian atau suatu
keadaan. Dalam bentuk tulisan kalimat berita diakhiri dengan tanda titik (.),
sedangkan dalam bentuk lisan, nadanya naik di akhir kalimat.
Contoh:
Harga BBM akan dinaikkan mulai bulan Mei 2008.
2. Kalimat Perintah
Kalimat
perintah adalah kalimat yang berisikan perintah atau seruan untuk melakukan
sesuatu. Kalimat berita dalam bentuk tulisan diakhiri tanda seru (!) atau titik
(.).
Ciri-ciri kalimat perintah:
a.
Predikatnya menggunakan partikel –lah.
b. Dapat menggunakan kata tolong, coba, atau silakan untuk memperhalus kalimat.
c.
Kalimat perintah larangan sering
didahului oleh kata jangan.
Contoh : Jangan bermain di sini!
Tulislaah namamu di kertas ini!
Tolong ambilkan kertas itu!
3. Kalimat Tanya
Kalimat
Tanya adalah kalimat yang berisikan pertanyaan seseorang kepada orang lain.
Cara membuat kalimat tanya:
a.
Membalikkan urutan kata lalu
ditambah partikel –kah.
Contoh :
Kakak membeli mobil baru.
Menjadi : Membeli mobil barukah
kakak?
b. Menggunakan kata tanya apa, siapa, beberapa, kapan, mengapa,
bagaimana, di mana, dan sebagainya.
Contoh : Kapan kamu datang?
Bagaimana cara menanam jagung?
c.
Menambahkan partikel –kah pada kata tanya.
Contoh : Dimanakah dia berada?
Siapakan pemenang pertandingan sepak
bola kemarin?
d. Menggunakan kata bukan atau tidak.
Contoh : Sepatu ini milikmu, bukan?
Kamu ini serius tidak?
e.
Mengubah intonasi kalimat.
Contoh :
Rino sedang tidur.
Menjadi : Rino sedang tidur?
4. Kalimat Seru
Kalimat seru adalah kalimat yang
mengungkapkan perasaan.
Contoh : Wah, luar biasa
pertandingan itu.
5. Kalimat Empatik
Kalimat
empatik adalah kalimat yang memberikan penegasan khusus kepada subjek.
Contoh : Kami lah yang terlambat datang.
No comments :
Post a Comment